THE POWER of MINDSET* ===== Seorang murid bertanya pada gurunya; "Guru kenapa ya hidup ini selalu banyak masalah?" Guru: Bukan hidup
Sebenarnya growth mindset itu apa, Bung?." Kalau kita telaah, nih, growh mindset itu sendiri terdiri atas dua kata,kan?.growth yang artinya tumbuh dan mindset yang artinya pola berpikir."Oh, jadi growth mindset adalah pola pikir untuk tumbuh ya, Bung?". "Hm, bolehlah". Seorang Prefessor di bidang psikologi dari Standford University mengatakan bahwa "Their belief that abilities can
BecauseEratosthenes had the presence of mind to experiment to actually ask whether back here, near Alexandria a stick cast a shadow near noon on June the 21 st. Karena Eratosthenes telah kehadiran pikiran untuk bereksperimen Untuk benar-benar bertanya apakah kembali ke sini, dekat Alexandria Tongkat bayangan dekat tengah hari pada Juni 21.
KHvK. Apa Itu Mindset? Mindset sama artinya dengan pola pikir. Pola Pikir adalah pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang dijadikan sebagai acuan dan rujukan dalam berpikir. Cara berpikir orang yang memiliki mindset pragmatis berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset hedonis. Orang yang pragmatis menilai sesuatu menurut kegunaannya. Sebagai contoh, saat membeli ponsel, orang yang pragmatis tidak banyak mempertimbangkan gaya style. Apa yang mereka pertimbangkan adalah fungsi ponsel tersebut. Ponsel yang bagus menurut mereka adalah ponsel yang harganya terjangkau, awet, dan memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membantunya dalam komukasi sehari-hari. Nah, sebaliknya, bagi orang yang hedonis, gaya style lebih penting daripada fungsi ponsel itu sendiri. Saat membeli ponsel, pertimbangkan mereka adalah apakah ponsel itu membantunya meningkatkan prestise. Atau, jika tidak, untuk kesenangan seperti bermain game. Cara berpikir orang yang memiliki mindset result-oriented berorientasi pada hasil berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset process-oriented berorientasi pada proses. Menurut mereka yang result-oriented, yang terpenting adalah hasil. Bagaimana pun cara memperoleh hasil tidak penting bagi mereka. Sebaliknya, bagi orang yang process-oriented, yang terpenting adalah proses atau cara memperoleh hasil. Mereka tidak terlalu berfokus pada hasil yang akan dicapai. Fokus perhatian mereka terletak pada proses. Nah, contoh-contoh di atas merupakan contoh mindset dan bagaimana ia memengaruhi sikap seseorang. Pentingnya Mindset dalam Berbisnis Saat Anda memulai bisnis, Anda perlu memiliki mindset yang dapat mendukung kegiatan bisnis Anda. Mindset bisnis ini sangat penting. Ia akan menjadi acuan tindakan Anda berkaitan dengan bisnis tersebut. Kegagalan sering terjadi akibat Anda menerapkan mindset yang tidak mendukung kesuksesan Anda. Sebagai contoh, Anda memiliki keyakinan bahwa Anda mustahil mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan. Keyakinan itu tidaklah main-main! Dikatakan tidak main-main karena tindakan Anda senantiasa sesuai dengan keyakinan itu. Saat Anda yakin bahwa Anda tidak mampu mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan, maka tindakan-tindakan Anda pun akan mencerminkan keyakinan itu. Mungkin, saat ini, dalam hati, Anda mengatakan bahwa Anda mampu menghasilkan 100 juta rupiah perbulan, tetapi selama keyakinan Anda mengatakan yang sebaliknya, ucapan dalam hati Anda itu akan diabaikan begitu saja oleh otak. Keyakinan Sadar dan Keyakinan Bawah Sadar Di dalam otak, terdapat dua lapis pemikiran. Lapisan atas adalah keyakinan-keyakinan sadar, sedangkan lapisan bawah adalah keyakinan-keyakinan bawah sadar. Keyakinan bawah sadar dapat terbentuk dari repetisi alias pengulangan. Ini artinya, terbentuknya keyakinan bawah sadar tidak serta-merta. Butuh waktu untuk membentuknya. Namun demikian, tidak jarang juga keyakinan bawah sadar terbentuk secara serta merta, melalui pengalaman traumatik. Pembentukan keyakinan bawah sadar dengan repetisi persis seperti pembentukan kebiasaan. Kebiasaan terbentuk manakala kita mengulanginya secara rutin. Sebagai contoh, awalnya kita tidak memiliki kebiasaan bangun pagi; Kita selalu bangun telat. Nah, jika ingin terbiasa bangun pagi, maka setiap hari, kita harus bangun pagi. Saat kita berat untuk membuka mata, maka kita harus memaksa diri untuk membuka mata. Demikian juga halnya dengan keyakinan bawah sadar. Ia akan terbentuk manakala kita mengulanginya setiap hari. Sebagai contoh, awalnya Anda percaya adanya hantu. Jika Anda ingin membentuk keyakinan bahwa hantu itu tidak ada, Anda harus mengulangi keyakinan itu dalam hati Anda. Anda harus meyakinkan diri bahwa hantu itu tidak ada. Bahkan, Anda perlu mengikrarkannya dalam hati atau pun secara lisan. Anda juga perlu mengulangi ikrar itu setiap hari hingga akhirnya keyakinan bahwa hantu itu tidak ada benar-benar terbentuk di dalam pikiran bawah sadar Anda. Meskipun pembentukan keyakinan bawah sadar melalui repetisi membutuhkan waktu yang lama, tetapi sekali keyakinan itu terbentuk, maka ia sangat sulit dihilangkan. Hal itu juga berlaku untuk kebiasaan. Kebiasaan sangat sukar dibentuk. Tetapi, sekali terbentuk, ia sangat sukar dihilangkan. Nah, jika keyakinan bawah sadar sukar dibentuk dan sukar dihilangkan, keyakinan sadar adalah kebalikannya. Pembentukan keyakinan sadar relatif lebih mudah dibanding pembentukan keyakinan bawah sadar. Terlebih, jika keyakinan itu didukung oleh bukti-bukti yang membenarkannya. Akan tetapi, saat keyakinan sadar tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan keyakinan bawah sadar, maka keyakinan sadar akan kalah. Inilah kehebatan pikiran bawah sadar. Entah bagaimana, sudah dari sananya, pikiran bawah sadar kitalah yang mendominasi diri kita, bukan pikiran sadar. Selain itu, dominasi pikiran bawah sadar juga dikarenakan, ia memuat kebiasaan-kebiasaan yang TIDAK MUDAH HILANG begitu saja. Ingat! Sebagaimana disebut di atas, pembentukan keyakinan bawah sadar sama persis dengan pembentukan kebiasaan. Ini artinya, KEYAKINAN BAWAH SADAR TIDAK LAIN MERUPAKAN SUATU JENIS KEBIASAAN. Pembentukan keyakinan bawah sadar adalah melalui repetisi. Artinya, kita merepetisi atau membiasakan keyakinan-keyakinan itu dalam pikiran kita, setiap hari. Dan, kita tahu saat kebiasaan diadu dengan kehendak kehendak adalah kegiatan pikiran sadar, kebiasaan selalu menang. Kita terbiasa menulis dengan tangan kanan. Saat kita berkeinginan berkehendak untuk menulis dengan tangan kiri, hal itu sangat sukar dilakukan. Karena, kita tidak terbiasa menulis dengan tangan kiri. Keyakinan bawah sadar biasanya terbentuk saat kita masih kecil. Ia didapat dari pendidikan, keyakinan agama yang dianut orang tua, filsafat, ideologi, budaya, dan pengalaman. Sementara itu, keyakinan sadar adalah keyakinan yang terbentuk secara spontan ketika kita mengalami pengalaman yang diperoleh lewat pancaindra. Jadi, pada saat yang bersamaan, kita memiliki keyakinan bawah sadar dan juga keyakinan-keyakinan sadar. Bedanya, keyakinan bawah sadar sudah menetap di dalam otak jauh lebih lama dibanding keyakinan sadar kita. Keyakinan sadar kita sebentar muncul saat kita mengalami pengalaman, dan sebentar menghilang. Contohnya, sebagai orang yang bermoral, di tingkat bawah sadar, kita memiliki keyakinan yang sesuai dengan moral yang kita anut. Keyakinan itu menetap di dalam otak kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari. Menurut ajaran moral kita, mencuri adalah perbuatan yang terlarang. Nah, ajaran itu tersimpan di dalam bawah sadar kita sebagai keyakinan bawah sadar. Pada suatu hari, ada peristiwa pencurian. Pencurian itu dilakukan oleh seorang nenek tua yang kelaparan. Saat mengetahui peristiwa itu, pikiran sadar kita berreaksi dan menganalisis. Akhirnya, didapat kesimpulan bahwa nenek itu tidak bersalah. Ini menurut pikiran sadar kita. Tetapi, karena keyakinan bawah sadar kita mengatakan mencuri adalah perbuatan yang dilarang, maka terjadi pertentangan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar kita. Atau, jika pikiran sadar kita lemah, maka pikiran bawah sadarlah yang menang. Keyakinan sadar kita akan diabaikan begitu saja oleh otak kita. Walhasil, dalam tingkatan sadar, kita pun menganggap bahwa sang nenek tetap bersalah. Keyakinan Bawah Sadar, Mindset, dan Mindset Sukses Nah, mindset tidak lain adalah keyakinan bawah sadar itu sendiri. Jadi, mindset dapat terbentuk dari pendidikan yang kita peroleh sedari kecil, pandangan-pandangan hidup yang diajarkan kepada kita, budaya yang berlaku di dalam lingkungan kita, dan juga pengalaman-pengalaman yang kita alami. Dalam kaitannya dengan bisnis, kegagalan yang kita alami bisa disebabkan oleh mindset yang tidak mendukung kegiatan bisnis. Mindset seperti itu bisa terbentuk akibat pengalaman hidup kita. Sebagai contoh, kita terlahir di tengah keluarga sederhana. Pendidikan kita pun tidak terlalu tinggi. Prestasi kita di masa sekolah pas-pasan. Pengalaman menjadi anak dari keluarga sederhana dan menjadi anak yang kepintarannya biasa-biasa saja seperti di atas bisa membentuk keyakinan bawah sadar kita. Karena pengalaman itu, kita pun menjadi orang yang pesimis, memandang bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya. Keyakinan itu menetap di dalam pikiran bawah sadar kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari, menjadi mindset hidup kita. Suatu saat, seorang teman menyarankan agar kita membangun bisnis daripada bekerja kepada orang lain. Di dalam tingkatan sadar, pikiran kita setuju dengan ide itu. Kita pun mulai membangun bisnis. Celakanya, keyakinan bawah sadar kita masih seperti sebelum kita membangun bisnis, yaitu bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya. Nah, karena keyakinan bawah sadar kita masih meyakini bahwa kita mustahil menjadi pengusaha kaya raya, maka tindakan-tindakan kita pun akan mengikuti keyakinan itu. Alih-alih menjalankan strategi yang memajukan bisnis kita, kita justru melakukan tindakan-tindakan yang menjauhkan bisnis kita dari profit. Tindakan-tindakan kita itu dikendalikan oleh keyakinan bawah sadar yang tak lain mindset kita, bukan oleh kehendak sadar kita. Nah, itulah mengapa, saat berbisnis, kita perlu merubah mindset kita. Jika mindset kita tidak mendukung bisnis, kita harus merubahnya dengan mindset yang baru. Syaratnya, mindset baru itu harus mendukung bisnis kita. Contoh mindset yang mendukung kegiatan bisnis adalah “Saya bisa mendapatkan penghasilan sekian ratus juta atau milyar setiap tergantung keinginan kita; “Saya bisa memimpin perusahaan”; “Saya mendapatkan konsumen yang banyak”, dan sebagainya. Nah, demikianlah pentingnya mindset dalam kegiatan bisnis. Mindset adalah keyakinan yang menjadi rujukan dan pegangan bagi kita dalam bertindak. Semua tindakan kita senantiasa berdasarkan mindset yang kita miliki. Jika dianalogikan, mindset ibarat jalan yang kita tempuh. Saat kita ingin sukses, maka kita harus memilih jalan menuju sukses. Jika kita memilih jalan lainnya, maka sampai kapan pun kita tidak akan mencapai sukses. Sekarang, sudahkah Anda menelusuri mindset Anda? Apakah mindset Anda mendukung kesuksesan Anda? Be positif and always think positif sumber artikel
Bisnis Kepobareng – Pola pikir manusia merupakan salah satu alat yang sangat kuat yang mempunyai kemampuan untuk membentuk realitas yang ada di sekitar kita. Mindset atau pola pikir yang kita miliki adalah kumpulan dari keyakinan, sikap, dan pemikiran yang kita pegang tentang diri kita sendiri, orang lain, serta dunia di sekitar kita. The Power of Mindset artinya kekuatan pola pikir. Mindset ini mempengaruhi cara kita melihat dunia dan juga cara kita merespon berbagai situasi yang ada. Kekuatan dari mindset terletak pada kemampuannya untuk membentuk pengalaman dan hasil yang kita dapatkan dalam hidup kita. Baca Juga Strategi Bisnis Batako Rahasia Strategi untuk Meningkatkan Keuntungan! Dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang psikolog bernama Carol Dweck, ia memperkenalkan dua jenis mindset yang berbeda, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset atau pola pikir tetap adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang sudah ditentukan oleh faktor-faktor seperti bakat atau kecerdasan bawaan, dan bahwa mereka tidak dapat berubah. Sedangkan growth mindset atau pola pikir berkembang adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang dapat berkembang dan ditingkatkan melalui upaya dan latihan yang tepat. Memiliki mindset yang tepat dapat membawa kita pada kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup kita. Dengan memperkuat pola pikir positif, kita dapat membentuk keyakinan yang kuat dan mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Sebaliknya, jika kita memiliki mindset yang negatif, maka kita akan merasa terhambat dan kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan kita. Baca Juga Pondasi Bisnis Berkah Langkah-Langkah Praktis untuk Sukses Apa Arti dari Mindset dan Contohnya? Contoh dari kekuatan mindset terdapat pada dunia pekerjaan. Orang dengan growth mindset cenderung melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Sementara orang dengan fixed mindset cenderung menganggap kesalahan sebagai tanda kegagalan dan merasa terancam. Orang dengan growth mindset juga cenderung mencari masukan dan saran dari orang lain, serta mereka lebih siap untuk mencoba hal-hal baru dan mengambil risiko yang sehat. Agar kita dapat memperkuat mindset kita, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif. Kemudian belajar dari kesalahan serta mencoba hal-hal baru, serta mengakui serta memanfaatkan kekuatan yang kita miliki. Selain itu, kita juga dapat memperkuat mindset kita dengan membaca buku motivasi, mendengarkan podcast inspiratif, atau bergabung dengan kelompok diskusi dan dukungan. Apa Fungsi Mindset? Mindset bisa menjadi penentu seseorang bisa atau tidak dalam menghadapi situasi apa pun. Pola pikir ini yang nantinya akan memengaruhi cara berpikir dan berperilaku dalam situasi apa pun. Sebagian orang masih terjebak dengan pemikiran bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang di miliki sejak lahir. Baca Juga Inilah Perbedaan Growth Mindset dan Fixed Mindset Kalian Wajib Tau! Akhir Kata Demikianlah artikel mengenai The Power of Mindset artinya. Dalam rangka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, sangat penting bagi kita untuk memiliki mindset yang tepat. Dengan memperkuat pola pikir positif serta mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Maka kita dapat mencapai tujuan hidup kita serta meraih kebahagiaan yang lebih besar. Navigasi pos
Founder/CEO of Cairn Consulting Solutions; speaker, advisor and best-selling author of People First. getty Thinking back to past New Year's resolutions or this year’s, how many have you been able to keep? A person may be able to change their actions for a short period of time but without a mindset shift, a sustained change is much more challenging. In fact, a study from 2016 and updated in 2021 found that less than 10% of people who made New Year’s resolutions felt content with their results at the end of the year! Before diving into resolutions, behaviors we want to change, habits we want to break and activities we want to accomplish, it is necessary to start with our mindset. The importance of mindset not only applies to New Year’s resolutions, but also to everyday actions we take as leaders. While the skillset of leadership is important, focusing your professional development solely on the words and actions of a leader will only take you so far. For example, you can get training on conflict resolution, decision making, feedback and more, but if your mindset is still focused on the customer first, your team can feel the difference. Having the mindset of a people-first leader will help you become the leader you want to be. In addition, Harvard Business Review noted that leaders who consistently display patience see their employees' creativity, collaboration and productivity increase. If patience can have this much of an impact on employee performance, how else can a leader’s mindset create such a positive change? Let’s take a look. The Curious Mind Leaders do not need to be experts in all areas of their field. A true leader does not assume that they have all the answers and is intentional about pursuing things with a beginner’s mindset. Curiosity is about obtaining new knowledge, not pursuing another opportunity to share your thoughts and perspectives. A curious leader is also able to suspend their preconceived notions so that they can truly listen and be open to feedback, observations and advice. By intentionally demonstrating a curious mind, leaders build the team’s critical thinking and promote an environment of creativity and collaboration. The Grateful Mind The best leaders are always grateful and no matter what challenges they face, they look for the silver lining of the storm cloud. Within the unavoidable moments of trial and error, a grateful leader is able to recognize that failure is an opportunity for growth, learning and improvement. Leaders who fully embody gratefulness are also able to share this gratitude with others; this modeling and leading by example can be extremely impactful. Setting your intention toward gratitude invites others to do the same. The business becomes a place where small wins are celebrated along with the big ones. The team recognizes and appreciates the value of others. When those thoughts of gratitude are expressed, team members are more likely to push themselves to be even better. The Humble Mind Arrogance rarely yields benefits and yet it is so easy for some leaders to fall into this limiting mindset. Driven by personal ego, leaders make decisions in their own best interest and the team can see it. Overconfidence can prevent the acceptance of ideas and opinions outside of our own. It is antithetical to the Curious Mind and so limits curiosity. Leaders who embrace hubris are quick to blame others when things fall apart and may not be willing or able to take ownership of their role in the situation. A humble leader is secure in who they are and who they are not. They value awareness and acceptance of how things are and are not afraid to take responsibility. A humble mind allows you to recognize your mistakes and builds a learning culture in your organization where mistakes are seen as opportunities to get better. The Willing Mind Leaders with a willing mind are able to face challenging situations head-on. They know that avoidance will allow problems to fester under the surface until they eventually rear their ugly head. It can be uncomfortable, but tackling a problem head-on is usually the most effective and easiest way to move forward. When you demonstrate your willingness to lean in, even when things get tough, your team will follow your lead. Instead of a team that hides things from the leader, the willing leader demonstrates that it is okay to speak up even when things are tough. Your willingness to tackle the uncomfortable creates a level of safety for others to speak their mind and have a different opinion. That willingness to speak up can save money, time and even save lives. In 2022, increase your chances of having that transformation you seek for yourself, your team and your business. If you desire to become a better manager or earn that big promotion, you need to start cultivating the mind of a leader. Start with the mindset of a people-first leader. As Maya Angelou is often credited for saying, “People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel." Forbes Coaches Council is an invitation-only community for leading business and career coaches. Do I qualify? Follow me on LinkedIn. Check out my website or some of my other work here.